Keperawatan Medikal Bedah II
B.
Konsep
Istirahat Tidur
1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan ridak beraktivitas tetapi juga kondisi
yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan
menjengkelkan. (Alimul,Aziz. 2012)
Tidur adalah
suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan
tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang,
dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi,
terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar. (Alimul, Aziz. 2012)
2.
Tujuan
Menurut
Alimul, Aziz. (2012) tujuan dalam istirahat-tidur :
Membantu
klien dalam proses istirahat- tidur dan untuk menjaga keseimbangan mental,
emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskular, endokrin,
dan lain-lain.
3.
Indikasi
Menurut
Potter & Perry (2006). Indikasi dalam meningkatkan ritual tidur, yaitu :
a. Untuk
klien yang memiliki gangguan istirahat-tidur
b. Untuk
klien yang memiliki ganguan pola tidur
4.
Faktor – Factor Yang Dapat Meningkatkan Tidur
Menurut Potter&Perry
(2006). Factor-faktor yang dapat
meningkatkan tidur, yaitu :
a. Kontrol
Lingkungan
Semua
klien memerlukan lingkungan tidur dnegan temperature ruangan yang nyaman dan
ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat tidur yang nyaman dan
pencahayaan yang tepat. Bayi paling baik tertidur pada temperature ruangan 18o
sampai 21oC di malam hari. Tempat tidur bayi harus diposisikan jauh
dari jendela atau draft yang terbuka. Bayi diselimuyi dengan selimut
ringan dan hangat. Anak-anak dan orang dewasa bervariasi dalam hal temperature
ruangan yang nyaman. Beberapa diantaranya memilih tidur tanpa selimut. Lansia
sering memerlukan selimut atau penutup tambahan, banyak lansia yang memakasi
kaus kaki.
Suara
yang mendistraksi perlu dihilangkan sedemikian rupa agar kamar tidur setenang
mungkin. Dirumah TV atau suara jam dinding dapat menggangu tidur klien.
Keluarga menjadi bagian penting dari pendekatan perawat, terutama jika terdapat
beberapa anggota keluaraga, dengan berbagai jadwal tidur yang berbeda. Diruamh
diperlukan kerja sama dari beberapa orang yang tinggal bersama klien untuk
mengurangi kebisingan. Penting juga untuk mengingat bahwa beberapa klien
terbiasa tidur dengan kebisingan di dalam, seperti dengungan kipas angin.
Dirumah sakit perawat dapat mengendalikan kebisingan dengan beberapa cara
1) Tutup
pintu kamar klien jika mungkin
2) Jaga
agar pintu area kerja diunit tersebut ditutup ketika sedang digunakan
3) Kurangi
volume telepon yang terdekat dan peralatan yang berbunyi
4) Gunakan
sepatu alasa karet. Hindari pemakaian sepatu beralas kayu
5) Matikan
oksigen di samping tempat tidur dan peralayan lain yang tidak digunakan
6) Matikan
alarm dan bunyi pada alat monitor di samping tempat tidur
7) Matikan
TV dan radio dalam kamar kecuali jika klien menyukai music yang lembut
8) Lakukan
percakapan yang diperlukan dnegan suara rendah, terutama di malam hari.
Selain itu, perawat harus berpartisipasi
dalam peninjauan dan pemilihan produk (mis, pompa intravena) untuk membantu
pabrik peralayan untuk menyadari perlunya ketangan dalam rancangan produk di
masa yang akan datang.
Tempat tidur dan matras harus member tompangan dan kekerasan yang nyama. Papan
tempat tidur dapat diletakana dibawah matras untuk menambah topangan. Beberapa
bantal ekstra penting untuk membantu memposisikan seseorang dengan nyaman di
tempat tidur. Posisi tempat tidur di ruangan juga membuat perbedaan bagi
beberapa klien.
Tempat tidur bayi harus aman. Untuk
mengurangi kemungkinan asfiksia, bantal atau ujung selimut yang longgar tidak
boleh diletakkan didalam tempat tidur. Penutup matras plastic yang longgar
tidak boleh digunakan karena bayi dapat menariknya ke wajah mereka dan
mengalami asfikasia. Bayi biasanya ditempatkan pada posis telentang untuk
mencegah asfikasia atau miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Untuk klien
yang cenderung mengalami konfusi atau jatuh, keselamtan merupakan hal yang
sangat penting. Dirumah lampu kecil dapat membantu kliend alam mengorinetasikan
lingkungan kamar sebelum pergi ke kamar mandi. Tempat tidur yang diatur dalam
posisi lebih rendah ke lantai dapat mengurangi kesempatan jatuh pada saat orang
tersebut berdiri. Barang-barang yang berserakan harus disingkirkan dari jalur
yang klien gunakan untuk berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi. Apabila
klien memerlukan bantuan dalam berambulasi dari tempat tidur ke kamar mandi,
bel kecil yang diletakan di samping tempat tidur dapat digunakan untuk
memanggil anggota kelurga.
Klien bervariasi dalam hal jumlah cahaya
yang mereka sukai di malam hari. Bayi dan lansia akan tidur dengan baik dalam
ruangan yang bercahaya lembut. Cahaya tidak boleh langsung menyinari mata.
Lampu meja kecil mencegah kegelapan yang menyeluruh. Bagi lansia, hal ini
mengurangi kesempatan konfusi dan mencegah jatuh pada saat berjalan ke kamar
mandi. Apabila lampu jalan menerobos masuk melalui jendela atau jika klien
tidur di siang hari, tempat tidur, selimut, atau tirai akan dapat membantu.
Perawat harus menutup tirai di antara klien di rungan semiprivate. Cahaya
diunit keperawatan rumah sakit dapat dikecilkan pada malam hari.
b. Meningkatkan
Kenyamanan
Seseorang
akan tertidur hanya jika ia merasa nyaman dan rileks. Perawat dapat
menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman.
Iritasi minor dapat membuat klien tetepa terjaga. Popok harus diganti sebelum
menempaykan bayi di tempat tidur. Pakaian tidur katun yang halus menjaga bayi
atau anak kecil tetap hangat dan nyaman. Selimut tambahan dapat menjadi
satu-satunya yang diperlukan untuk mencegah seseorang dari kedinginan dan tidak
dapat tidur.
Dibandingkan
dengan tempat tidur di rumah, tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras
dan berbeda tinggi, panjang, atau lebarmya. Menjaga tempat tidur agar tetapi
bersih dan kering dan member posisi yang nyaman dapat membantu klien rileks.
Beberapa klien menderita penyakit membantu klien rileks. Beberapa klien
menderita penyakit yang menimbulkan nyeri membutuhkan tindakan kenyaman khusus
seperti memberi panas kering atau panas lembab, menggunakan balutan penyangga
atau belat, dan member posisi yang tepat sebelum istirahat.
c. Menetapkan
Periode Istirahat dan Tidur
Dirumah
hal ini dapat membantu klien untuk tetao aktif secara fisik disiang hari.
Meningkatkan aktivitas di siang hari mengurangi masalah tidur. Latihan keras
harus selalu direncanakan sedikitnya selama beberapa jam menjelang tidur.
Lansia sering mengalami
kurang tidur di malam hari karena beberapa di antaranya tidur disiang hari.
Perubahan pola yang berkaitan dengan penuaan ini bukan berartu terjadi
penurunan kebutuhan tidur tetapi adanya redistribusi perilaku selama periode 24
jam. Tidur siang harus selalu dilakukan pada waktu yang samaan setiap hari
untuk memperhanakan jadwal yang konsisten.
Dirumah
sakit atau lingkungan perawatan menyediakan waktu istirahat dan tidur untuk
klien merupakan hal yang sulit dilakukan. Tetapi, perawat membuat rencana
asuhan agar tidak membangunkan klien untuk tugas-tugas yang tidak penting.
Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal pengkajian, pengobatan, prosedur,
dan rutinitas di saat klien terjaga. Sebagai contoh, jika kondisi fisik klien
sudah stabil, perawat tidak bileh membangunkan klien untuk memeriksa
tanda-tanda vital. Darah harus diambil pada saat klien terjaga. Kecuali jika
mempertahankan kadar darah terapeutik syatu ibat merupakan hal yang sangat
penting, obat harus diberikan selama jam-jam terjaga. Perawat harus bekerja sama
dengan bagian radiologi dan layanan pendukung lainnya untuk menjadwalkan terapi
pada interval yang memungkinkan klien untuk beristirahat.
Jika
konsidi klien membutuhkan oemantauan yang lebih sering, perawat dapat
merencanakan aktivitas yang memungkinkan periode istirahat yang lebih lama. Hal
ini berarti merencanakan aktivitas-aktivitas sedemikian rupa agar perawat tidak
bolak-balik masuk kekamar klien setiap menit, sehingga klien dapat beristirahat
dengan tenang selama 1 jam satu lebih. Sebagai contoh, jika klien memerlukan
penggantian balutan yang sering, menerima terapi intarvena, dan memakai selang
drainase di beberapa tempat, perawat tidak boleh bolak-balik ke kamar klien
hanya untuk memeriksa satu masalah, perawat harus menggunakan satu kali masuk
ke kamar klien untuk mengganti balutan, mengatur system intravena, dan
mengosongkan selang drainase. Perawat dapat menjadi pembela klien untuk meningkatkan
tidur yang optimal. Hal ini dapat berati menjadi penhaga untuk menunda dan
menjadwalkan kembali waktu kunjungan keluraga, meminta konsultan untuk
memnjadwalkan kembali waktu berkunjung, atau menanyakan frekuensi prosedur
tertentu.
d. Pengurangan
Stress
Stress
emosional dapat menggangu tidur. Ketidakmampuan untuk tidur juga dapat membuat
seseorang peka dan tegang. Apabila seseorang mengalami kekacauan emosional,
mereka harus dianjurkan agar tidak memaksakan tidur. Sebaliknya, insomnia
sering terjadi, dan kemudian waktu tidur berhubungan dnegan ketidakmampuan
untuk rileks. Klien yang mengalami kesulitan tertidur dapat dibantu dnegan
bangun dan melakukan aktivitas yang merilekskan.
e. Kudapat
Menjelang Tidur
Beberapa
orang menyukai kudapat menjelang tidur, sedangkan yang lain tidak dapat tidur
setelah makan. Makan besar sebelum tidur sering menyebabkan gangguan
gastrointestinal dan mengganggu kemampuan untuk tidur. Perawat harus
menganjurkan klien untuk mencoba menahan diri dari meminum atau mengonsumsi
kadein sebelum tidur. Kopi, teh, kola, dan cokelat bekerja sebagai stimulan,
menyebabkan seseorang tetap terjaga atau terbagun sepanjang malam. Alcohol
dapat menggangu siklus tidur dan mengurangi jumlah tidur malam. Kopi, teh,
kola, dan alcohol bekerja sebagai diuretic dan dapat menyebabkan seseorang
terbangun di malam hari untuk berkemih. Pada bayi memerlukan tindakan-tindakan
khusus untuk meminimalkan terbangun di malam hari karena lapar.
f. Pendekatan
Farmakologi Untuk Meningkatkan Tidur
Ada
obat-obatan yang banyak digunakan yang berhubungan dengan insomnia. Stimulant
system saraf pusat seperti amfetamin, nikotin, terbutalin, teofilin, dan
pemolin, harus digunakan secara terpisah dan dibawah penatalksanaan medis.
Selain itu, penghentian depresan SSP, seperti alcohol bariturat, antidepresan
trisiklik dan doksepin, serta triazolam dapat menyebabkan insomnia dan harus
diatur dengan cermat.
Obat
tidur dapat membantu klien jika digunakan dengan benar. Tetapi, penggunaan
agens antiansietas sedative, atau hipnotik jangka panjang dapat mengganggu
tidur dan menyebabkan masalah yang lebih serius. Satu kelompok obat yang
dianggap relative aman adalah benzodiazepine.
Penggunanaan
obat tidur tanpa resep tidak dianjurkan. Klien harus mempelajari risiko-risko
dari obat-obat semacam itu, terutama bahwa, setelah periode lama, oabt-obat
tersebut bahkan akan menyebabkan gangguan tidur lebih lanjut walaupun pada
awalnya tampak efektif. Perawat dapat membantu klien menggunakan perilaku dan
tindakan hygiene tidur yang tepat untuk membuat pola tidur yang tidak
memerlikan penggunaan obat. Penggunaan obat tidur yang teratur dapat
menyebabkan toleransi dan oenghentiannya dapat menyebabkan insomnia kambuhan.
Obat tidur yang diberikan dengan segera pada saat klien yang dihospitalisasi
mengeluh tidak dapat tidur lebih menimbulkan bahaya daripada manfaat. Harus
dipertimbangkan pendekatan-pendekatan alternative. Semua klien harus memahami
kemungkinan efek samping dari obat tidur. Pemantauan rutin respons klien
terhadap obat tidur merupakan hal yang sangat penting
5.
Prosedur
Meningkatkan Istirahat-tidur
Standar Operasional
Prosedur
Membantu
Melaksanakan Ritual Tidur
Nama
Mahasiswa : Hari,
Tanggal :
Tingkat
:
NIM
:
NO
|
ASPEK PENILAIAN
|
NILAI
|
|
0
|
1
|
||
A.
|
PENGKAJIAN
|
||
1.
|
Cek catatan medis dan catatan
keperawatan
|
||
B.
|
PERENCANAAN
|
||
2.
|
Mengidentifikasi hasil yang
diharapkan
|
||
3.
|
Persiapan Alat :
1)
Radio
2)
Tape recorder
3)
Buku cerita
4)
Alat beribadah
5)
Makanan dan minuman kesukaan klien
|
||
C.
|
IMPLEMENTASI
|
||
5.
|
Memperkenalkan diri
|
||
6.
|
Memberikan salam dan menyebutkan nama
klien
|
||
7.
|
Menjaga privasi
|
||
8.
|
Memberi penjelasan tentang tujuan dan
prosedur
|
||
9.
|
Memberikan kesempatan klien untuk
bertanya
|
||
10
|
Menanyakan persetujuan kepada klien
|
||
11
|
Mencuci tangan
|
||
12.
|
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
|
||
13.
|
Mempersiapkan lingkungan yang tenang,
pasang sketsel, kalau perlu matikan lampu/pasang lampu tidur yang redup
|
||
14.
|
Modifikasi lingkungan yang menunjang
istirahat-tidur
|
||
15
|
Menggali kebiasaan ritual tidur klien
|
||
16.
|
Memfasilitasi ritual tidur (sesuai
kebutuhan klien)
a.
Beribadah
1) Seperangkat alat ibadah untuk yang beragama
Islam (Al-Qur'an, Sajadah, mukena untuk wanita sarung untuk pria, peci untuk
pria dan tasbih)
2) Seperangkat alat
ibadah untuk beragama Kristen Protestan/Katolik (Alkitab, buku nyanyian, clan
Rosario bagi Kristen Katolik
3) Seperangkat alat ibadah untuk
menyesuaikan agama klien.
b.
Membaca
c.
Minum susu
d.
Mendengarkan radio
e.
Menonton televisi
f.
Mengobrol/ berbincang-bincang
|
||
17
|
|||
18
|
Mencuci tangan
|
||
D.
|
EVALUASI
|
||
19
|
(Setelah bangun tidur) Mengobservasi
respon pasien
|
||
20.
|
Observasi keadaan pasien setelah bangun
tidur
|
||
21.
|
Dokumentasikan tindakan dan hasil
observasi dalam catatan keperawatan
|
||
JUMLAH
|
Keterangan:
0 :
Tidak dilakukan
1 :
Dilakukan
Observer Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. A. 2012. Pengantar kebutuhan dasar manusia buku 2.
Jakarta : Salemba Medika
Kozier, dkk. 2010. Fundumeltal keperawatan
konsep, proses, dan praktik Ed. 7 Vol. 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.