Thursday, September 28, 2017

Membantu Pasien Melaksanakan Ritual Tidur



Keperawatan Medikal Bedah II
B.     Konsep Istirahat Tidur
1.    Definisi
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan ridak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan. (Alimul,Aziz. 2012)
Tidur adalah suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. (Alimul, Aziz. 2012)

2.            Tujuan
Menurut Alimul, Aziz. (2012) tujuan dalam istirahat-tidur :
Membantu klien dalam proses istirahat- tidur dan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskular, endokrin, dan lain-lain.

3.            Indikasi
Menurut Potter & Perry (2006). Indikasi dalam meningkatkan ritual tidur, yaitu :
a.       Untuk klien yang memiliki gangguan istirahat-tidur
b.      Untuk klien yang memiliki ganguan pola tidur

4.            Faktor – Factor Yang Dapat Meningkatkan Tidur
Menurut Potter&Perry (2006).  Factor-faktor yang dapat meningkatkan tidur, yaitu :
a.       Kontrol Lingkungan
Semua klien memerlukan lingkungan tidur dnegan temperature ruangan yang nyaman dan ventilasi yang baik, sumber bising yang minimal, tempat tidur yang nyaman dan pencahayaan yang tepat. Bayi paling baik tertidur pada temperature ruangan 18o sampai 21oC di malam hari. Tempat tidur bayi harus diposisikan jauh dari jendela atau draft  yang terbuka. Bayi diselimuyi dengan selimut ringan dan hangat. Anak-anak dan orang dewasa bervariasi dalam hal temperature ruangan yang nyaman. Beberapa diantaranya memilih tidur tanpa selimut. Lansia sering memerlukan selimut atau penutup tambahan, banyak lansia yang memakasi kaus kaki.
Suara yang mendistraksi perlu dihilangkan sedemikian rupa agar kamar tidur setenang mungkin. Dirumah TV atau suara jam dinding dapat menggangu tidur klien. Keluarga menjadi bagian penting dari pendekatan perawat, terutama jika terdapat beberapa anggota keluaraga, dengan berbagai jadwal tidur yang berbeda. Diruamh diperlukan kerja sama dari beberapa orang yang tinggal bersama klien untuk mengurangi kebisingan. Penting juga untuk mengingat bahwa beberapa klien terbiasa tidur dengan kebisingan di dalam, seperti dengungan kipas angin. Dirumah sakit perawat dapat mengendalikan kebisingan dengan beberapa cara
1)      Tutup pintu kamar klien jika mungkin
2)      Jaga agar pintu area kerja diunit tersebut ditutup ketika sedang digunakan
3)      Kurangi volume telepon yang terdekat dan peralatan yang berbunyi
4)      Gunakan sepatu alasa karet. Hindari pemakaian sepatu beralas kayu
5)      Matikan oksigen di samping tempat tidur dan peralayan lain yang tidak digunakan
6)      Matikan alarm dan bunyi pada alat monitor di samping tempat tidur
7)      Matikan TV dan radio dalam kamar kecuali jika klien menyukai music yang lembut
8)      Lakukan percakapan yang diperlukan dnegan suara rendah, terutama di malam hari.
Selain itu, perawat harus berpartisipasi dalam peninjauan dan pemilihan produk (mis, pompa intravena) untuk membantu pabrik peralayan untuk menyadari perlunya ketangan dalam rancangan produk di masa yang akan datang. Tempat tidur dan matras harus member tompangan dan kekerasan yang nyama. Papan tempat tidur dapat diletakana dibawah matras untuk menambah topangan. Beberapa bantal ekstra penting untuk membantu memposisikan seseorang dengan nyaman di tempat tidur. Posisi tempat tidur di ruangan juga membuat perbedaan bagi beberapa klien.
Tempat tidur bayi harus aman. Untuk mengurangi kemungkinan asfiksia, bantal atau ujung selimut yang longgar tidak boleh diletakkan didalam tempat tidur. Penutup matras plastic yang longgar tidak boleh digunakan karena bayi dapat menariknya ke wajah mereka dan mengalami asfikasia. Bayi biasanya ditempatkan pada posis telentang untuk mencegah asfikasia atau miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Untuk klien yang cenderung mengalami konfusi atau jatuh, keselamtan merupakan hal yang sangat penting. Dirumah lampu kecil dapat membantu kliend alam mengorinetasikan lingkungan kamar sebelum pergi ke kamar mandi. Tempat tidur yang diatur dalam posisi lebih rendah ke lantai dapat mengurangi kesempatan jatuh pada saat orang tersebut berdiri. Barang-barang yang berserakan harus disingkirkan dari jalur yang klien gunakan untuk berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi. Apabila klien memerlukan bantuan dalam berambulasi dari tempat tidur ke kamar mandi, bel kecil yang diletakan di samping tempat tidur dapat digunakan untuk memanggil anggota kelurga.
Klien bervariasi dalam hal jumlah cahaya yang mereka sukai di malam hari. Bayi dan lansia akan tidur dengan baik dalam ruangan yang bercahaya lembut. Cahaya tidak boleh langsung menyinari mata. Lampu meja kecil mencegah kegelapan yang menyeluruh. Bagi lansia, hal ini mengurangi kesempatan konfusi dan mencegah jatuh pada saat berjalan ke kamar mandi. Apabila lampu jalan menerobos masuk melalui jendela atau jika klien tidur di siang hari, tempat tidur, selimut, atau tirai akan dapat membantu. Perawat harus menutup tirai di antara klien di rungan semiprivate. Cahaya diunit keperawatan rumah sakit dapat dikecilkan pada malam hari.
b.      Meningkatkan Kenyamanan
Seseorang akan tertidur hanya jika ia merasa nyaman dan rileks. Perawat dapat menganjurkan dan menggunakan beberapa tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman. Iritasi minor dapat membuat klien tetepa terjaga. Popok harus diganti sebelum menempaykan bayi di tempat tidur. Pakaian tidur katun yang halus menjaga bayi atau anak kecil tetap hangat dan nyaman. Selimut tambahan dapat menjadi satu-satunya yang diperlukan untuk mencegah seseorang dari kedinginan dan tidak dapat tidur.
Dibandingkan dengan tempat tidur di rumah, tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras dan berbeda tinggi, panjang, atau lebarmya. Menjaga tempat tidur agar tetapi bersih dan kering dan member posisi yang nyaman dapat membantu klien rileks. Beberapa klien menderita penyakit membantu klien rileks. Beberapa klien menderita penyakit yang menimbulkan nyeri membutuhkan tindakan kenyaman khusus seperti memberi panas kering atau panas lembab, menggunakan balutan penyangga atau belat, dan member posisi yang tepat sebelum istirahat.
c.       Menetapkan Periode Istirahat dan Tidur
Dirumah hal ini dapat membantu klien untuk tetao aktif secara fisik disiang hari. Meningkatkan aktivitas di siang hari mengurangi masalah tidur. Latihan keras harus selalu direncanakan sedikitnya selama beberapa jam menjelang tidur.
Lansia sering mengalami kurang tidur di malam hari karena beberapa di antaranya tidur disiang hari. Perubahan pola yang berkaitan dengan penuaan ini bukan berartu terjadi penurunan kebutuhan tidur tetapi adanya redistribusi perilaku selama periode 24 jam. Tidur siang harus selalu dilakukan pada waktu yang samaan setiap hari untuk memperhanakan jadwal yang konsisten.
Dirumah sakit atau lingkungan perawatan menyediakan waktu istirahat dan tidur untuk klien merupakan hal yang sulit dilakukan. Tetapi, perawat membuat rencana asuhan agar tidak membangunkan klien untuk tugas-tugas yang tidak penting. Perawat dapat membantu dengan membuat jadwal pengkajian, pengobatan, prosedur, dan rutinitas di saat klien terjaga. Sebagai contoh, jika kondisi fisik klien sudah stabil, perawat tidak bileh membangunkan klien untuk memeriksa tanda-tanda vital. Darah harus diambil pada saat klien terjaga. Kecuali jika mempertahankan kadar darah terapeutik syatu ibat merupakan hal yang sangat penting, obat harus diberikan selama jam-jam terjaga. Perawat harus bekerja sama dengan bagian radiologi dan layanan pendukung lainnya untuk menjadwalkan terapi pada interval yang memungkinkan klien untuk beristirahat.
Jika konsidi klien membutuhkan oemantauan yang lebih sering, perawat dapat merencanakan aktivitas yang memungkinkan periode istirahat yang lebih lama. Hal ini berarti merencanakan aktivitas-aktivitas sedemikian rupa agar perawat tidak bolak-balik masuk kekamar klien setiap menit, sehingga klien dapat beristirahat dengan tenang selama 1 jam satu lebih. Sebagai contoh, jika klien memerlukan penggantian balutan yang sering, menerima terapi intarvena, dan memakai selang drainase di beberapa tempat, perawat tidak boleh bolak-balik ke kamar klien hanya untuk memeriksa satu masalah, perawat harus menggunakan satu kali masuk ke kamar klien untuk mengganti balutan, mengatur system intravena, dan mengosongkan selang drainase. Perawat dapat menjadi pembela klien untuk meningkatkan tidur yang optimal. Hal ini dapat berati menjadi penhaga untuk menunda dan menjadwalkan kembali waktu kunjungan keluraga, meminta konsultan untuk memnjadwalkan kembali waktu berkunjung, atau menanyakan frekuensi prosedur tertentu. 
d.      Pengurangan Stress
Stress emosional dapat menggangu tidur. Ketidakmampuan untuk tidur juga dapat membuat seseorang peka dan tegang. Apabila seseorang mengalami kekacauan emosional, mereka harus dianjurkan agar tidak memaksakan tidur. Sebaliknya, insomnia sering terjadi, dan kemudian waktu tidur berhubungan dnegan ketidakmampuan untuk rileks. Klien yang mengalami kesulitan tertidur dapat dibantu dnegan bangun dan melakukan aktivitas yang merilekskan.
e.       Kudapat Menjelang Tidur
Beberapa orang menyukai kudapat menjelang tidur, sedangkan yang lain tidak dapat tidur setelah makan. Makan besar sebelum tidur sering menyebabkan gangguan gastrointestinal dan mengganggu kemampuan untuk tidur. Perawat harus menganjurkan klien untuk mencoba menahan diri dari meminum atau mengonsumsi kadein sebelum tidur. Kopi, teh, kola, dan cokelat bekerja sebagai stimulan, menyebabkan seseorang tetap terjaga atau terbagun sepanjang malam. Alcohol dapat menggangu siklus tidur dan mengurangi jumlah tidur malam. Kopi, teh, kola, dan alcohol bekerja sebagai diuretic dan dapat menyebabkan seseorang terbangun di malam hari untuk berkemih. Pada bayi memerlukan tindakan-tindakan khusus untuk meminimalkan terbangun di malam hari karena lapar.
f.       Pendekatan Farmakologi Untuk Meningkatkan Tidur
Ada obat-obatan yang banyak digunakan yang berhubungan dengan insomnia. Stimulant system saraf pusat seperti amfetamin, nikotin, terbutalin, teofilin, dan pemolin, harus digunakan secara terpisah dan dibawah penatalksanaan medis. Selain itu, penghentian depresan SSP, seperti alcohol bariturat, antidepresan trisiklik dan doksepin, serta triazolam dapat menyebabkan insomnia dan harus diatur dengan cermat.
Obat tidur dapat membantu klien jika digunakan dengan benar. Tetapi, penggunaan agens antiansietas sedative, atau hipnotik jangka panjang dapat mengganggu tidur dan menyebabkan masalah yang lebih serius. Satu kelompok obat yang dianggap relative aman adalah benzodiazepine.
Penggunanaan obat tidur tanpa resep tidak dianjurkan. Klien harus mempelajari risiko-risko dari obat-obat semacam itu, terutama bahwa, setelah periode lama, oabt-obat tersebut bahkan akan menyebabkan gangguan tidur lebih lanjut walaupun pada awalnya tampak efektif. Perawat dapat membantu klien menggunakan perilaku dan tindakan hygiene tidur yang tepat untuk membuat pola tidur yang tidak memerlikan penggunaan obat. Penggunaan obat tidur yang teratur dapat menyebabkan toleransi dan oenghentiannya dapat menyebabkan insomnia kambuhan. Obat tidur yang diberikan dengan segera pada saat klien yang dihospitalisasi mengeluh tidak dapat tidur lebih menimbulkan bahaya daripada manfaat. Harus dipertimbangkan pendekatan-pendekatan alternative. Semua klien harus memahami kemungkinan efek samping dari obat tidur. Pemantauan rutin respons klien terhadap obat tidur merupakan hal yang sangat penting

5.                  Prosedur Meningkatkan Istirahat-tidur


Standar Operasional Prosedur
Membantu Melaksanakan Ritual Tidur

Nama Mahasiswa :                                                                         Hari, Tanggal :
Tingkat :
NIM :

NO
ASPEK PENILAIAN
NILAI
0
1
A.
PENGKAJIAN


1.       
Cek catatan medis dan catatan keperawatan


B.
PERENCANAAN


2. 
Mengidentifikasi hasil yang diharapkan


3. 
Persiapan Alat :
1)      Radio
2)      Tape recorder
3)      Buku cerita
4)      Alat beribadah
5)      Makanan dan minuman kesukaan klien


C.
IMPLEMENTASI


5.
Memperkenalkan diri


6.
Memberikan salam dan menyebutkan nama klien


7.
Menjaga privasi


8.
Memberi penjelasan tentang tujuan dan prosedur


9.
Memberikan kesempatan klien untuk bertanya


10
Menanyakan persetujuan kepada klien


11
Mencuci tangan


12.
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin


13.
Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel, kalau perlu matikan lampu/pasang lampu tidur yang redup


14.
Modifikasi lingkungan yang menunjang istirahat-tidur


15
Menggali kebiasaan ritual tidur klien


16.
Memfasilitasi ritual tidur (sesuai kebutuhan klien)
a.       Beribadah
1)      Seperangkat alat ibadah untuk yang beragama Islam (Al-Qur'an, Sajadah, mukena untuk wanita sarung untuk pria, peci untuk pria dan tasbih) 
2)      Seperangkat alat ibadah untuk beragama Kristen Protestan/Katolik (Alkitab, buku nyanyian, clan Rosario bagi Kristen Katolik
3)      Seperangkat alat ibadah untuk menyesuaikan agama klien.
b.      Membaca
c.       Minum susu
d.      Mendengarkan radio
e.       Menonton televisi
f.       Mengobrol/ berbincang-bincang


17
Mengobservasi tidur klien nyenyak atau tidak


18
Mencuci tangan


D.
EVALUASI


19
(Setelah bangun tidur) Mengobservasi respon pasien


20.
Observasi keadaan pasien setelah bangun tidur


21.
Dokumentasikan tindakan dan hasil observasi dalam catatan keperawatan



JUMLAH



Keterangan:
0     : Tidak dilakukan
1     : Dilakukan


Observer                                                                                      Mahasiswa
  

    (...................................)                                                                       (....................................)


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. A. 2012. Pengantar kebutuhan dasar manusia buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Kozier, dkk. 2010. Fundumeltal keperawatan konsep, proses, dan praktik Ed. 7 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Respon Psikologis Pasca Bencana

2.1   Psikologis Bencana Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerug...