Keperawatan Medikal Bedah II
A. Range Of
Motion (ROM)
Tindakan mendorong terjadinya latihan
fisik untuk mempertahankan tonus otot dan mobilitas sendi klien merupakan salah
satu fungsi penting personel keperawatan. Sendi merupakan unit fungsional dari
sistem muskuloskeletal. Tulang rangka tubuh bersambung di sendi dan sebagian
besar otot rangka menempel pada dua tulang di sendi. Otot-otot ini
dikategorikan menurut tipe gerakan sendi yang dihasilkan pada saat kontraksi
(mis., fleksor dan ekstensor). Otot ileksor lebih kuat daripada otot ekstensor.
Oleh karena itu, ketika seseorang sedang tidak aktif, sendi akan tertarik pada
posisi fleksi (bengkok). Jika kecenderungan ini tidak imbangi dengan cara
melakukan latihan fisik dan perubahan posisi, otot akan menjadi pendek secara
permanen dan sendi akan tetap dalam posisi fleksi. (Kozier, 2009)
Menurut Lukman (2013) Segala aktivitas
rutin yang biasa dilakukan individu dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi,
makan, menulis, dan lain-lain yang berhubungan dengan otot, dan hal tersebut
merupakan rentang gerak (ROM). ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam
melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas gerakan dari
kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau
tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak.
Latihan rentang gerak (ROM), dapat
mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke
esktremitas, mengurangi kelumpuhan vaskular, dan memberikan kenyamanan pada
klien. Perawat harus mempersiapkan, membantu, dan mengajarkan klien untuk
latihan rentang gerak yang meliputi semua sendi. (Lukman: 2013)
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan
konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan.
Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan
dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah
abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada
potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi
internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).
(Kusyati: 2012)
1. Pengertian ROM
Pengertian ROM adalah latihan
gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Latihan range
of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Kusyati: 2012)
ROM adalah latihan isotonik yang
dilakukan, baik oleh pasien sendiri atau oleh perawat pada pasien yang tidak
berdaya untuk memobilisasi semua sendi lewat pergerakan dengan jangkauan penuh.
(Jacob: 2014)
Jenis mobilisasi atau latihan rentang gerak
terbagi menjadi dua, yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah kemampuan
klien dalam melakukan pergerakan secara mandiri, sedangkan ROM pasif adalah
pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, perawat atau alat bantu.
(Lukman: 2013)
a.
ROM Aktif
ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh
seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75
%. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif
adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
sendri secara aktif. (Kusyati: 2012)
Latihan rentang pergerakan sendi aktif merupakan
latihan isotonik dengan klien secara mandiri meng. gerakkan setiap sendi di
tubuhnya melalui RPS yang lengkap, peregangan seluruh kelompok otot secara
maksimal pada setiap bidang di atas sendi. Latihan ini dimaksudkan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta membantu
mempertahankan fungsi kardiorespiratori pada klien yang imobilisasi. Latihan
tersebut juga mencegah memburuknya kapsul sendi, ankiolosis, dan kontraktur
sendi. . (Kozier, 2009)
b.
Pengertian ROM Pasif
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk
latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif),
dengan kekuatan otot 50 %. (Kusyati: 2012)
Rentang
gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah
seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien
tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. (Kusyati:
2012)
Selama latihan RPS pasif, orang lain menggerakkan
setiap sendi klien secara lengkap dan meregangkan seluruh kelompok otot secara
maksimal pada setiap bidang sendi. Karena klien tidak melakukan kontraksi otot,
latihan RPS pasif ini tidak berguna untuk mempertahankan kekuatan otot tetapi
berguna dalam mempertahankan fleksibilitas sendi. Oleh karena itu, latihan RPS
pasif harus dilakukan hanya jika klien tidak mampu untuk melakukan gerakan
secara aktif. . (Kozier, 2009)
2. Tujuan ROM
a.
Umum
1)
Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
2)
Menjaga fungsi fisiologis normal.
3)
Mencegah komplikasi akibat kontraktur imobilitas.
4)
Pasien mampu meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
sehari-hari.
5)
Meningkatkan aktivitas fisik.
6)
Meningkatkan fleksibilitas sendi.
7)
Pasien mampu melakukan prosedur ROM
(Lukman: 2013)
b. Khusus
1)
ROM aktif
a)
Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dan kelenturan otot.
b)
Mempertahankan fungsi kardiorespiratori.
c) Mencegah kontraktur
dan kekakuan pada persendian
(Hidayat, AA, 2006)
2)
ROM Pasif
a)
Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.
(Hidayat, AA, 2006)
3.
Manfaat ROM
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion),
yaitu :
a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan
otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang, sendi, dan otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
e. Memperbaiki tonus otot
f. Meningkatkan mobilisasi sendi
g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
(Hidayat, AA, 2006)
4.
Faktor yang Memengaruhi ROM
Menurut Lukman (2013) faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai
berikut.
a.
Pertumbuhan pada masa
anak-anak.
b.
Sakit.
c.
Fraktur.
d.
Trauma.
e.
Kelemahan.
f.
Kecacatan.
g.
Usia, dan lain-lain.
5.
Indikasi ROM
a. ROM Aktif
1)
Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara
aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
2)
Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak
dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive
ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar
apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
3)
ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan
aerobik.
4)
ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas
diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
(Hidayat, AA, 2006)
b.
ROM Pasif
1)
Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut
yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
2)
Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan
untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma,
kelumpuhan atau bed rest total
(Hidayat, AA, 2006)
6. Kontraindikasi ROM
a.
Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan
dapat mengganggu proses penyembuhan cedera.
1)
Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam
batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan
memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
2)
Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat
gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b.
ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau
kondisinya membahayakan (life threatening)
c.
ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan
pembentukan thrombus
d.
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri
koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan
dalam pengawasan yang ketat
(Hidayat, AA, 2006)
7.
Hal Yang Perlu Diperhatikan
a.
Latihan ROM pasif dilakukan
hanya pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri. (Jacob: 2013)
b.
Latihan ROM pasif dilakukan
dengan tahanan yang ringan. (Jacob: 2013)
c.
Jangan pernah melakukan
latihan ROM melebihi kemampuan pasien yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
pasien. (Jacob: 2013)
d.
Gerakkan bagian-bagian
tubuh secara mulus, perlahan, dan ritmis. (Jacob: 2013)
e.
Denyut nadi dan laju
pernapasan harus meningkat selama latihan yang harus kembali ke tingkat normal
dalam 3 menit, bila tidak, berarti latihan tersebut terlalu berat untuk pasien.
(Jacob: 2013)
f.
Jika terjadi kram otot
selama pergerakan, hentikan gerakan sementara cara dan tekan bagian otot
tersebut secara perlahan sampai otot tersebut relaks, kemudian lanjutkan
latihan ROM (Jacob: 2013)
g.
Ulangi latihan ROM sesuai
kemampuan/toleransi pasien, maksimum lima kali (Jacob: 2013)
h.
Lingkungan dan klien
Perlu diperhatikan sebelum melakukan mobilisasi, lingkungan harus dapat
menjaga keamanan dan kenyamanan klien selama melakukan latihan, sedangkan yang
menjadi perhatian terhadap klien adalah latihan yang dilakukan harus sesuai
dengan kemampuan klien dan harus memperhatikan kesungguhan serta tingkat
konsentrasi klien dalam melakukan latihan. Lukman (2013)
i.
Gerakan ROM
Gerakan ROM bisa
dilakukan pada leher, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Latihan rentang
gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi
lateral. Menurut Reeves (2001) dalam Lukman (2013) rentang gerak (ROM) standar
untuk ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, adalah sebagai berikut.
1) Ekstremitas Atas
a)
Bahu: adduksi, abduksi,
fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi.
b)
Siku: fleksi dan ekstensi.
c)
Lengan depan: pronasi dan
supinasi.
d)
Pergelangan tangan: fleksi
pergelangan, fleksi radialis, fleksi ulnaris, hiperekstensi pergelangan.
e)
Ibu jari: fleksi, ekstensi,
dan oposisi (ibu jari berhadapan dengan jari kelingking).
f)
Jari-jari: abduksi,
adduksi, fleksi, dan ekstensi.
2)
Ekstremitas Bawah
a)
Kaki: fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, adduksi, abduksi, rotasi internal, dan rotasi eksternal.
b)
Lutut: fleksi, dan
ekstensi.
c)
Pergelangan kaki: dorso
fleksi, dan plantar fleksi.
d)
Telapak kaki: supinasi, dan
pronasi.
8. Prosedur Pelaksanaan ROM
a. ROM Aktif
Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan
dan instruksi atau motivasi kepada klien untuk menggerakkan
persendian-persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing-masing.
(Kusyati: 2012)
Latihan Rentang Pergerakan SandiAktif .
1.
Lakukanlah setiap latihan
RPS seperti yang diajarkan sampai pada titik adanya sedikit tahanan, jangan
melampaui, dan jangan pernah sampai ke titik ketidaknyamanan.
2.
Lakukan gerakan-gerakan
secara sistematis, gunakan urutan yang sama untuk setiap sesinya,
3.
Lakukan setiap latihan
sebanyak tiga kali
4.
Lakukan setiap seri latihan
dua kali sehari (Kozier: 2010)
b. ROM Pasif
SOP Latihan Pergerakan / Range of Motion (ROM)
Standar Operasional
Prosedur Keterampilan
Latihan Pergerakan /
Range of Motion (ROM)
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :
Hari/Tanggal :
No
|
Prosedur
|
Dilakukan
|
Tidak
dilakukan
|
Pengkajian
|
|||
1.
|
a.
Cek catatan perawatan dan catatan
medis
b.
Pertimbangkan
kemampuan lien untuk melakukan latihan ROM pasif (mis., tingkat kesadaran,
fungsi kognitif, dan kemampuan bergerak secara mandiri)
c.
Catat setiap kontraktur
sendi, pembengkakan , kemerahan, atau nyeri yang dapat membatasi ROM klien
|
||
Perencanaan
|
|||
2.
|
a. Mempersiapakan
alat:
Tidak
ada peralatan khusus yang diperlukan selain tempat tidur.
|
||
b.
Memberikan privasi
|
|||
c.
Menjelaskan prosedur, termasuk perkiraan
waktu yang dibutuhkan. Menggambarkan/menjelaskan latihan ROM pasif, latihan
akan dibantu, termasuk latihan-latihan yang dapat dilakukan.
|
|||
d.
Memberi kesempatan bertanya,
menanyakan persetujuan pasien
|
|||
e.
Mencuci tangan, memakai sarung
tangan bila kontak dengan cairan tubuh klien.
|
|||
f.
Mengatur tempat tidur untuk
kenyamanan klien melakukan ROM.
|
|||
g.
Menurunkan pembatas (rel) hanya
pada sisi tubuh yang dilakukan latihan.
|
|||
g. Menjaga
privasi, termasuk hanya membuka ekstremitas yang akan dilatih.
|
|||
Implementasi
|
|||
3.
|
Kepala
Lakukan
pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.
Fleksi (gerakkan kepala dari
posisi tegak di garis tengah ke arah depan sehingga dagu klien menyentuh
dada) dan ekstensi (gerakkan kepala dari posisi tegak kea rah belakang sejauh
mungkin)
b.
Fleksi lateral (Gerakkan kepala
kearah lateral kanan dan kiri bahu)
|
||
4.
|
Leher
Lakukan
pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.
Rotasi (memutar leher setengah
lingkaran sambil tangan perawat menyokong kepala)
|
||
5.
|
Trunk
“batang/belalai”
Lakukan
pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.
Fleksi dan ekstensi; menekuk trunk
ke depan, meluruskan, kemudian ekstensi ke belakang.
b.
Rotasi; putar bahu ke depan dan
kembali ke posisi normal
c.
Fleksi lateral; memiringkan trunk
ke sisi kiri, luruskan, kemudian miring ke sisi kanan.
|
||
6.
|
Lengan Tangan
a. Fleksi
dan ekstensi; mengangkat tangan lurus ke arah kepala, kemudian diturunkan ke
sisi tubuh.
a.
Adduksi dan abduksi; gerakkan
lengan ke arah dalam midline (adduksi), kemudian rentangkan (buka) tangan
lurus menjauhi midline (abduksi)
|
||
7.
|
Bahu.
a.
Rotasi internal dan eksternal; menekuk
siku 90°, lengan atas sejajar bahu, putar bahu dengan menggerakkan lengan
atas ke depan serta ke belakang, dan sebalinya.
|
||
8.
|
Siku.
a. Fleksi dan ekstensi; sanggah lengan dengan
tangan yang lain, fleksi (tekuk) dan ekstensi (rentangkan) siku.
b. Pronasi dan supinasi; menekuk siku,
kemudian balikkan telapak tangan hingga telapak tangan menghadap ke atas
(supinasi) dan ke bawah (pronasi).
|
||
9.
|
Pergelangan tangan.
a.
Fleksi dan ekstensi; sanggah pergelangan,
fleksi (tekuk) dan ekstensi ( buka) pergelangan tangan (80-90°).
b.
Hiperekstensi (tekuk jari-jari setiap
tangan ke belakang sejauh mungkin) fundamental
c.
Adduksi (Tekuk setiap pergelangan tangan
ke arah lateral menuju ke samping ibu jari dengan tangan supinasi (0-20o))
dan abduksi (tekuk setiap pergelabngan tangan kearah lateral menuju jari
kelingking dengan tangan supinasi (30-50o)
|
||
10.
|
Tangan
a. Fleksi dan ekstensi; sokong pergelangan
tangan, kemudian fleksi dan ekstensi jari-jari (90°).
b. Hiperekstensi (tekuk jari-jari setiap
tangan ke belakang sejauh mungkin)
c. Adduksi dan abduksi; sokong pergelangan
tangan, buka dan tutup jari-jari tangan (25°).
|
||
11.
|
Ibu jari
a. Oposisi; sokong lengan pergelangan tangan,
kemudian sentuh masing-masing ujung jari dengan ibu jari.
|
||
12.
|
Pinggul dan kaki.
Lakukan gerakan ini pada posisi klien
terlentang.
a. Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah,
fleksikan ke arah dada kemudian ekstensi.
b. Rotasi internal dan eksternal; sokong kaki
bawah, kemudian memutar ke dalam dan keluar.
c. Adduksi dan abduksi; sokong kaki bawah
kemudian menggeser kaki mendekati dan menjauhkan kaki dari garis tengah
tubuh.
|
||
13.
|
Lutut.
a. Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah,
fleksi, dan ekstensi lutut
|
||
14.
|
Mata kaki (ankle)
a.
Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah,
fleksi, dan ekstensi mata kaki.
b.
Inversi dan eversi telapak kaki
|
||
15.
|
Kaki
b. Fleksi dan ekstensi; sokong mata kaki,
ekstensi jari kaki ke atas dan fleksi jari kaki ke bawah
|
||
16.
|
a.
Observasi sendi klien, ekspresi kesakitan,
keluhan nyeri atau kelelahan selama latihan.
b.
Kembalikan/mengganti selimut dan
mengembalikan klien ke posisi semula.
c.
Naikkan pembatas tempat tidur (rel) ke
posisi semula.
d.
Menanyakan respon pasien terhadap tindakan
e.
Tempatkan lampu pemanggil (call light)
dalam jangkauan klien.
f.
Mencuci tangan.
|
||
Evaluasi
|
|||
17.
|
Evaluasi respon klien
|
||
18.
|
Menyampaikan rencana
tindak lanjut
|
||
19.
|
Mendokumentasikan
hasil tindakan
|
||
Total skor
|
Penilaian-Penilaian
Observer Mahasiswa
(....................................) (....................................)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AAA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses.
Jakarta: EGC
Jacob, Annamma, Rekha R. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures jilid
satu. Tanggerang; Binarupa Aksara
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan Praktik.
Jakarta : EGC
Kozier, Barbara. 2009. Buku ajar praktik klinis keperawatan. Jakarta : EGC
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
Lukman, Ningsih N. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment