Thursday, September 28, 2017

Melatih Range Of Motion (ROM)


Keperawatan Medikal Bedah II
A.      Range Of Motion (ROM)

Tindakan mendorong terjadinya latihan fisik untuk mempertahankan tonus otot dan mobilitas sendi klien merupakan salah satu fungsi penting personel keperawatan. Sendi merupakan unit fungsional dari sistem muskuloskeletal. Tulang rangka tubuh bersambung di sendi dan sebagian besar otot rangka menempel pada dua tulang di sendi. Otot-otot ini dikategorikan menurut tipe gerakan sendi yang dihasilkan pada saat kontraksi (mis., fleksor dan ekstensor). Otot ileksor lebih kuat daripada otot ekstensor. Oleh karena itu, ketika seseorang sedang tidak aktif, sendi akan tertarik pada posisi fleksi (bengkok). Jika kecenderungan ini tidak imbangi dengan cara melakukan latihan fisik dan perubahan posisi, otot akan menjadi pendek secara permanen dan sendi akan tetap dalam posisi fleksi. (Kozier, 2009)

Menurut Lukman (2013) Segala aktivitas rutin yang biasa dilakukan individu dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi, makan, menulis, dan lain-lain yang berhubungan dengan otot, dan hal tersebut merupakan rentang gerak (ROM). ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak.
Latihan rentang gerak (ROM), dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke esktremitas, mengurangi kelumpuhan vaskular, dan memberikan kenyamanan pada klien. Perawat harus mempersiapkan, membantu, dan mengajarkan klien untuk latihan rentang gerak yang meliputi semua sendi. (Lukman: 2013)
        Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki). (Kusyati: 2012)

1.      Pengertian ROM
Pengertian ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Kusyati: 2012)
ROM adalah latihan isotonik yang dilakukan, baik oleh pasien sendiri atau oleh perawat pada pasien yang tidak berdaya untuk memobilisasi semua sendi lewat pergerakan dengan jangkauan penuh. (Jacob: 2014)
Jenis mobilisasi atau latihan rentang gerak terbagi menjadi dua, yaitu ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah kemampuan klien dalam melakukan pergerakan secara mandiri, sedangkan ROM pasif adalah pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, perawat atau alat bantu. (Lukman: 2013)
a.       ROM Aktif
ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif. (Kusyati: 2012)
Latihan rentang pergerakan sendi aktif merupakan latihan isotonik dengan klien secara mandiri meng. gerakkan setiap sendi di tubuhnya melalui RPS yang lengkap, peregangan seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang di atas sendi. Latihan ini dimaksudkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta membantu mempertahankan fungsi kardiorespiratori pada klien yang imobilisasi. Latihan tersebut juga mencegah memburuknya kapsul sendi, ankiolosis, dan kontraktur sendi.  . (Kozier, 2009)

b.      Pengertian ROM Pasif
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klienpasif), dengan kekuatan otot 50 %. (Kusyati: 2012)
       Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. (Kusyati: 2012)
Selama latihan RPS pasif, orang lain menggerakkan setiap sendi klien secara lengkap dan meregangkan seluruh kelompok otot secara maksimal pada setiap bidang sendi. Karena klien tidak melakukan kontraksi otot, latihan RPS pasif ini tidak berguna untuk mempertahankan kekuatan otot tetapi berguna dalam mempertahankan fleksibilitas sendi. Oleh karena itu, latihan RPS pasif harus dilakukan hanya jika klien tidak mampu untuk melakukan gerakan secara aktif. . (Kozier, 2009)
2.      Tujuan ROM
a.       Umum
1)      Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
2)      Menjaga fungsi fisiologis normal.
3)      Mencegah komplikasi akibat kontraktur imobilitas.
4)      Pasien mampu meningkatkan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
5)      Meningkatkan aktivitas fisik.
6)      Meningkatkan fleksibilitas sendi.
7)      Pasien mampu melakukan prosedur ROM
(Lukman: 2013)

b.      Khusus
1)      ROM aktif
a)      Latihan ini dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.
b)      Mempertahankan fungsi kardiorespiratori.
c)      Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian
(Hidayat, AA, 2006)

2)      ROM Pasif
a)      Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.
(Hidayat, AA, 2006)

3.      Manfaat ROM
Adapun manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
a.       Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b.      Mengkaji tulang, sendi, dan otot
c.       Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d.      Memperlancar sirkulasi darah
e.       Memperbaiki tonus otot
f.       Meningkatkan mobilisasi sendi
g.      Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
(Hidayat, AA, 2006)

4.      Faktor yang Memengaruhi ROM
Menurut Lukman (2013) faktor-faktor yang memengaruhi ROM adalah sebagai berikut.
a.       Pertumbuhan pada masa anak-anak. 
b.      Sakit.
c.       Fraktur.
d.      Trauma.
e.       Kelemahan.
f.       Kecacatan.
g.      Usia, dan lain-lain.

5.      Indikasi ROM
a.       ROM Aktif
1)      Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau tidak.
2)      Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
3)      ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
4)      ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
(Hidayat, AA, 2006)
b.      ROM  Pasif
1)      Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses penyembuhan
2)      Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan koma, kelumpuhan atau bed rest total
(Hidayat, AA, 2006)

6.      Kontraindikasi ROM
a.       Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera.
1)   Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
2)   Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b.      ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan (life threatening)
c.       ROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus
d.      Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam pengawasan yang ketat
(Hidayat, AA, 2006)

7.      Hal Yang Perlu Diperhatikan
a.       Latihan ROM pasif dilakukan hanya pada pasien yang tidak dapat melakukannya sendiri. (Jacob: 2013)
b.      Latihan ROM pasif dilakukan dengan tahanan yang ringan. (Jacob: 2013)
c.       Jangan pernah melakukan latihan ROM melebihi kemampuan pasien yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien. (Jacob: 2013)
d.      Gerakkan bagian-bagian tubuh secara mulus, perlahan, dan ritmis. (Jacob: 2013)
e.       Denyut nadi dan laju pernapasan harus meningkat selama latihan yang harus kembali ke tingkat normal dalam 3 menit, bila tidak, berarti latihan tersebut terlalu berat untuk pasien. (Jacob: 2013)
f.       Jika terjadi kram otot selama pergerakan, hentikan gerakan sementara cara dan tekan bagian otot tersebut secara perlahan sampai otot tersebut relaks, kemudian lanjutkan latihan ROM (Jacob: 2013)
g.      Ulangi latihan ROM sesuai kemampuan/toleransi pasien, maksimum lima kali (Jacob: 2013)
h.      Lingkungan dan klien
Perlu diperhatikan sebelum melakukan mobilisasi, lingkungan harus dapat menjaga keamanan dan kenyamanan klien selama melakukan latihan, sedangkan yang menjadi perhatian terhadap klien adalah latihan yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan klien dan harus memperhatikan kesungguhan serta tingkat konsentrasi klien dalam melakukan latihan. Lukman (2013)
i.        Gerakan ROM
Gerakan ROM bisa dilakukan pada leher, ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Latihan rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi lateral. Menurut Reeves (2001) dalam Lukman (2013) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, adalah sebagai berikut.
1)      Ekstremitas Atas
a)      Bahu: adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi.
b)      Siku: fleksi dan ekstensi.
c)      Lengan depan: pronasi dan supinasi.
d)     Pergelangan tangan: fleksi pergelangan, fleksi radialis, fleksi ulnaris, hiperekstensi pergelangan.
e)      Ibu jari: fleksi, ekstensi, dan oposisi (ibu jari berhadapan dengan jari kelingking).
f)       Jari-jari: abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi.
2)      Ekstremitas Bawah
a)      Kaki: fleksi, ekstensi, hiperekstensi, adduksi, abduksi, rotasi internal, dan rotasi eksternal.
b)      Lutut: fleksi, dan ekstensi.
c)      Pergelangan kaki: dorso fleksi, dan plantar fleksi.
d)     Telapak kaki: supinasi, dan pronasi.

8.      Prosedur Pelaksanaan ROM
a.      ROM Aktif
Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi kepada klien untuk menggerakkan persendian-persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing-masing. (Kusyati: 2012)
Latihan Rentang Pergerakan SandiAktif .
1.      Lakukanlah setiap latihan RPS seperti yang diajarkan sampai pada titik adanya sedikit tahanan, jangan melampaui, dan jangan pernah sampai ke titik ketidaknyamanan.
2.      Lakukan gerakan-gerakan secara sistematis, gunakan urutan yang sama untuk setiap sesinya,
3.      Lakukan setiap latihan sebanyak tiga kali
4.      Lakukan setiap seri latihan dua kali sehari (Kozier: 2010)

b.      ROM Pasif  
SOP Latihan Pergerakan / Range of Motion (ROM)

Standar Operasional Prosedur Keterampilan
Latihan Pergerakan / Range of Motion (ROM)

                        Nama Mahasiswa      :
                        NIM                            :
                        Tingkat                       :
                        Hari/Tanggal             :
No
Prosedur
Dilakukan
Tidak  dilakukan
Pengkajian


1.       
a.       Cek catatan perawatan dan catatan medis
b.      Pertimbangkan kemampuan lien untuk melakukan latihan ROM pasif (mis., tingkat kesadaran, fungsi kognitif, dan kemampuan bergerak secara mandiri)
c.       Catat setiap kontraktur sendi, pembengkakan , kemerahan, atau nyeri yang dapat membatasi ROM klien


Perencanaan


2.       
a.       Mempersiapakan alat:
Tidak ada peralatan khusus yang diperlukan selain tempat tidur.



b.      Memberikan privasi



c.       Menjelaskan prosedur, termasuk perkiraan waktu yang dibutuhkan. Menggambarkan/menjelaskan latihan ROM pasif, latihan akan dibantu, termasuk latihan-latihan yang dapat dilakukan.



d.      Memberi kesempatan bertanya, menanyakan persetujuan pasien



e.       Mencuci tangan, memakai sarung tangan bila kontak dengan cairan tubuh klien.



f.       Mengatur tempat tidur untuk kenyamanan klien melakukan ROM.



g.      Menurunkan pembatas (rel) hanya pada sisi tubuh yang dilakukan latihan.



g.      Menjaga privasi, termasuk hanya membuka ekstremitas yang akan dilatih.


Implementasi


3.       
Kepala
Lakukan pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.       Fleksi (gerakkan kepala dari posisi tegak di garis tengah ke arah depan sehingga dagu klien menyentuh dada) dan ekstensi (gerakkan kepala dari posisi tegak kea rah belakang sejauh mungkin)
b.      Fleksi lateral (Gerakkan kepala kearah lateral kanan dan kiri bahu)

 IMG_20170915_122645.jpg IMG_20170915_122928.jpg


4.       
Leher
Lakukan pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.       Rotasi (memutar leher setengah lingkaran sambil tangan perawat menyokong kepala)
IMG_20170915_123231.jpg


5.       
Trunk “batang/belalai”
Lakukan pada posisi klien duduk, bila memungkinkan.
a.       Fleksi dan ekstensi; menekuk trunk ke depan, meluruskan, kemudian ekstensi ke belakang.
b.      Rotasi; putar bahu ke depan dan kembali ke posisi normal
c.       Fleksi lateral; memiringkan trunk ke sisi kiri, luruskan, kemudian miring ke sisi kanan.
IMG_20170915_125358.jpg IMG_20170915_125536.jpgIMG_20170915_125448.jpg


6.       
Lengan Tangan
a.   Fleksi dan ekstensi; mengangkat tangan lurus ke arah kepala, kemudian diturunkan ke sisi tubuh.
a.       Adduksi dan abduksi; gerakkan lengan ke arah dalam midline (adduksi), kemudian rentangkan (buka) tangan lurus menjauhi midline (abduksi)
IMG_20170915_123538.jpg IMG_20170915_123859.jpg


7.       
Bahu.
a.       Rotasi internal dan eksternal; menekuk siku 90°, lengan atas sejajar bahu, putar bahu dengan menggerakkan lengan atas ke depan serta ke belakang, dan sebalinya.
IMG_20170915_123101.jpg


8.       
Siku.
a.    Fleksi dan ekstensi; sanggah lengan dengan tangan yang lain, fleksi (tekuk) dan ekstensi (rentangkan) siku.
b.   Pronasi dan supinasi; menekuk siku, kemudian balikkan telapak tangan hingga telapak tangan menghadap ke atas (supinasi) dan ke bawah (pronasi).
IMG_20170915_123319.jpg  IMG_20170915_123650.jpg


9.       
Pergelangan tangan.
a.       Fleksi dan ekstensi; sanggah pergelangan, fleksi (tekuk) dan ekstensi ( buka) pergelangan tangan (80-90°).
b.      Hiperekstensi (tekuk jari-jari setiap tangan ke belakang sejauh mungkin) fundamental
c.       Adduksi (Tekuk setiap pergelangan tangan ke arah lateral menuju ke samping ibu jari dengan tangan supinasi (0-20o)) dan abduksi (tekuk setiap pergelabngan tangan kearah lateral menuju jari kelingking dengan tangan supinasi (30-50o)
IMG_20170915_123950.jpg IMG_20170915_122841.jpg
IMG_20170915_123140.jpg


10.   
Tangan
a.    Fleksi dan ekstensi; sokong pergelangan tangan, kemudian fleksi dan ekstensi jari-jari (90°).
b.   Hiperekstensi (tekuk jari-jari setiap tangan ke belakang sejauh mungkin)
c.    Adduksi dan abduksi; sokong pergelangan tangan, buka dan tutup jari-jari tangan (25°).
IMG_20170915_123419.jpg IMG_20170915_123807.jpg


11.   
Ibu jari
a.    Oposisi; sokong lengan pergelangan tangan, kemudian sentuh masing-masing ujung jari dengan ibu jari.
IMG_20170915_124408.jpg


12.   
Pinggul dan kaki.
Lakukan gerakan ini pada posisi klien terlentang.
a.    Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, fleksikan ke arah dada kemudian ekstensi.
b.   Rotasi internal dan eksternal; sokong kaki bawah, kemudian memutar ke dalam dan keluar.
c.    Adduksi dan abduksi; sokong kaki bawah kemudian menggeser kaki mendekati dan menjauhkan kaki dari garis tengah tubuh.
IMG_20170915_124618.jpg  IMG_20170915_124512.jpg
IMG_20170915_125148.jpg


13.   
Lutut.
a.  Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, fleksi, dan ekstensi lutut
IMG_20170915_124735.jpg


14.   
Mata kaki (ankle)
a.       Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, fleksi, dan ekstensi mata kaki.
b.      Inversi dan eversi telapak kaki

IMG_20170915_125031.jpg  IMG_20170915_125302.jpg


15.   
Kaki
b.   Fleksi dan ekstensi; sokong mata kaki, ekstensi jari kaki ke atas dan fleksi jari kaki ke bawah


16.   
a.       Observasi sendi klien, ekspresi kesakitan, keluhan nyeri atau kelelahan selama latihan.
b.      Kembalikan/mengganti selimut dan mengembalikan klien ke posisi semula.
c.       Naikkan pembatas tempat tidur (rel) ke posisi semula.
d.      Menanyakan respon pasien terhadap tindakan
e.       Tempatkan lampu pemanggil (call light) dalam jangkauan klien.
f.       Mencuci tangan.


Evaluasi


17.   
Evaluasi respon klien


18.   
Menyampaikan rencana tindak lanjut


19.   
Mendokumentasikan hasil tindakan


Total skor



Penilaian-Penilaian
Observer                                                                                      Mahasiswa
    
(....................................)                                                                (....................................)



Jakarta,..................................

   

DAFTAR PUSTAKA


Hidayat, AAA. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses. Jakarta: EGC
Jacob, Annamma, Rekha R. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures jilid satu. Tanggerang; Binarupa Aksara
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara. 2009. Buku ajar praktik klinis keperawatan. Jakarta : EGC
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC. 
Lukman, Ningsih N. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

No comments:

Post a Comment

Respon Psikologis Pasca Bencana

2.1   Psikologis Bencana Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerug...